Pembangunan karakter Islam : perspektif tasawuf
No. Panggil
|
2X5.22 MUH p
|
Pengarang
|
Muhammad Iqbal Irham;
|
Tempat Terbit
|
Jakarta
|
Penerbit
|
Kencana
|
Tahun Terbit
|
2020
|
Subject
|
Pendidikan karakter; Tasawuf akhlaqi;
|
Klasifikasi
|
2X5.22
|
Abstrak/Catatan
|
Tasawuf merupakan batin (esoteris) dari ajaran Islam, sementara sisi lahirnya (eksoteris) adalah syariah yang mengandung hukum-hukum keagamaan formal, mengenai apa yang harus dilakukan oleh seseorang (al-wajibat) serta apa yang seharusnya ditinggalkan (al-muharramat). Tasawuf, selain mengisi sisi batiniah dari syariah, juga memberikan makna bagaimana hidup ber-Tuhan dengan baik dan benar. Dalam konteks ini, tasawuf telah memberikan penegasan bahwa hidup tanpa memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, adalah hidup yang, kosong dan hampa. Manusia yang telah mencampakkan sisi batin (rohaniah) pada dirinya, serta tidak memiliki hubungan yang harmonis dan selaras dengan Tuhan, merupakan manusia yang hidup tanpa aturan-aturan dan norma-norma kebaikan.
Bertasawuf dalam al-akhlaq al-mahmudah berarti menegakkan moral yang baik dalam bentuk ucapan, perbuatan dan aktivitas keseharian. Moral ini harus diajarkan, dipahamkan, dididikkan, serta dibiasakan, sehingga ia menyatu dalam diri dan kemudian menjadi karakter. Moral ini dimulai dari masing-masing individu, keluarga, masyarakat dan seluruh komponen bangsa. Para ulama mengingatkan kita dengan syair Arab, “Sesungguhnya bangsa-bangsa itu akan tegak selama akhlaknya baik. Jika akhlaknya runtuh, maka hancur pulalah bangsa-bangsa itu”.
Karena itu, belajar tasawuf dan mengamalkannya menjadi hal yang penting, karena ia akan membentuk karakter Islami yang diperlukan bagi individu, masyarakat dan bangsa, untuk kebaikan dan kemaslahatan di dunia dan akhirat.
Bibliografi: halaman 287-300.
|