Filsafat Nusantara dan kearifan lokal
No. Panggil
|
181.198 FIL -
|
Pengarang
|
Zaid Ahmad; Arqom Kuswanjono; Septiana Dwiputri Maharani; Mohd Mahadee Ismail; Ahmad Faathin Mohd Fadzil;
|
Tempat Terbit
|
Yogyakarta
|
Penerbit
|
Gadjah Mada University Press
|
Tahun Terbit
|
2022
|
Subject
|
Filsafat Jawa; Filsafat Nusantara;
|
Klasifikasi
|
181.198
|
Abstrak/Catatan
|
Buku berjudul Filsafat Nusantara dan Kearifan Lokal ini mendeskripsikan unsur-unsur konstruktif yang membingkai potret kultural "nusantara" atau yang menjejaki fakta-fakta historikal bertumbuhkembangnya kearifan Iokal Melayu dari dua bangsa serumpun; Indonesia dan Malaysia. Meskipun deskripsi itu tidak utuh dalam pengertian kultural dan historis, tetapi pendekatan filosofis, sebagaimana terwakili oleh istilah "filsafat" yang digunakan di depan kata "nusantara" menegaskan buku ini berisi hasil kajian yang memberikan pemahaman mendalam tentang esensi kenusantaraan dan kearifan lokal Indonesia-Malaysia. Deskripsi kultural historis dan kajian filosofis yang kental menghiasi latar pemikiran para penulis, dengan kata lain menunjukkan bahwa kajian dalam buku ini tidak saja menggunakan langkah-langkah ilmiah yang objektif, metodis, dan sistematis, tetapi juga menggunakan pemikiran reflektif mendalam terkait nusantara dan kearifan lokal.
Keberadaan filsafat nusantara dan kearifal lokal Indonesia dan Malaysia diketahui umum terbentang secara horizontal dalam dua budaya bangsa serumpun yang disebut sebagai kebudayaan Melayu atau identitas kemelayuan. Beberapa hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti atau penulis dan peminat studi Melayu lainnya menunjukkan bahwa identitas kemelayuan adalah sebuah unit historis dan diakui sebagai entitas hidup di "Dunia Melayu" sampai hari ini. Berdasarkan konsep "Melayu" itu, maka istilah "keserumpunan" yang selalu menyertai rekognisi kita saat menyebutkan Indonesia dan Malaysia, bukanlah nama suatu kerajaan tertentu, melainkan suatu dunia yang disebut "Alam Melayu" atau "Peradaban Melayu." Sama dengan kajian filsafat nusantara dan kearifan lokal dalam buku ini, kesadaran identitas "kemelayuan" diintrodusir melampaui batas-batas politik negara, dan karena itu selalu terbuka untuk dikonstruksi ulang.
|